Renungan Hari Minggu 4 Agustus 2024

Renungan Hari Minggu 4 Agustus 2024

Renungan Hari Minggu 4 Agustus 2024

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 4 Agustus 2024. Dalam Bacaan Injil Yohanes 6:24-35 hari ini mengisahkan tentang, Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Tuhan menyediakan

Bagaimana agar kita tidak kehilangan sukacita dan damai sejahtera saat krisis menerpa hidup dan masa depan seakan gelap? Mungkin kita tengah mengalami krisis keuangan atau ancaman PHK di ambang pintu?

Dalam saat krisis seperti itu, berpalinglah kepada Tuhan dan ingatlah kebaikan yang pernah Dia nyatakan dalam Kitab Suci dan yang juga telah Dia nyatakan dalam hidup Anda.

Mengapa umat Israel mudah sekali bersungut-sungut tatkala menghadapi sedikit situasi yang tidak mengenakkan? Mereka lupa bahwa Tuhan telah sejak permulaan menyatakan pertolongan-Nya dengan tak henti-henti.

Baik pertolongan yang menyelamatkan mereka dari rongrongan musuh, maupun dari kehausan dan kelaparan (Kel. 15:22-27). Syukur bahwa Allah Israel adalah Allah yang panjang sabar. Walau Musa bisa bosan dan merasa dibebani dengan sungut-sungut umat (ayat 6-8), Allah tetap menyatakan kasih dan kepedulian-Nya.

Ia memberikan dengan limpah apa yang mereka butuhkan. Baik manna di pagi hari maupun daging di sore hari (ayat 12). Tentu agar mereka mendapatkan dan menikmati berkat Tuhan tersebut, ada yang mereka perlu taati dari Tuhan.

Pertama, bangun pagi-pagi dan memungut manna untuk makanan mereka setiap hari.

Kedua, tidak rakus melainkan mengambil secukupnya sesuai kebutuhan masing-masing keluarga. Ini senada dengan isi doa yang diajarkan Yesus, “Berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya.” (Mat. 6:11).

Ketiga, percaya kepada Tuhan yang dengan ajaib akan memberkati hari keenam sehingga manna yang mereka ambil hari itu akan cukup untuk hari itu dan hari Sabat (ayat 5). Ketidaktaatan pada pengaturan Tuhan membuat berkat berubah menjadi kutuk (ayat 20).

Respons apa yang sepatutnya kita berikan kepada Tuhan yang penuh kemurahan? Jangan bersungut-sungut melainkan naikkan syukur dengan sepenuh hati. Taati petunjuk firman-Nya agar kita dapat menyaksikan karya Tuhan yang luar biasa dan yang akan mencukupkan segala kebutuhan kita.

Mazmur, Ajarkan sejarah kepada generasi muda.

Iman Israel berdiri di atas kebenaran yang teralami dalam sejarah. Itu yang membuat kebenaran iman berbeda daripada teori-teori filsafat. Generasi muda perlu tumbuh atas akar dan dasar yang kokoh.

Itulah yang membuat Asaf bertekad mengajarkan sejarah Israel kepada anak-anak Israel. Generasi muda adalah pengganti generasi tua yang sedang berlalu. Mereka perlu dibina di dalam suasana ibadah yang sarat dengan kisah-kisah perbuatan nyata Allah di masa lampau.

Dengan demikian masa depan dapat diharapkan serasi dengan maksud hati sang pengukir sejarah (ayat 6-7).

Jujur di hadapan Allah. Peristiwa dan tokoh yang telah terjadi di masa silam sudah berlalu. Baik tokoh dan peristiwanya maupun artinya tidak dapat terulang lagi. Kita yang hidup di masa kini yang mampu mempelajari dan memetik arti dari dalam sejarah.

Sayangnya banyak orang yang tidak jujur di hadapan Allah, tidak sedia mengisahkan sejarah dengan jujur seperti yang Allah nilai. Akibatnya terjadilah rekayasa sejarah. Itu sebabnya banyak orang yang tidak belajar dari sejarah malah terkutuk untuk mengulang lagi jalan sejarah lama yang seharusnya ditinggalkan.

Kasih setia Tuhan tidak bergeser.

Mazmur ini mengajak Israel untuk mengingat kembali campur tangan Tuhan kepada nenek moyang mereka pada peristiwa Keluaran, ketika mereka gagal menaati Tuhan di padang gurun.

Pemazmur mengajak Israel untuk mengingat bagaimana Tuhan menimpakan tulah atas Mesir (ayat 43-51), memimpin mereka melintasi Laut Merah dan padang gurun (ayat 13, 52, 53), dan memasuki serta menduduki tanah Kanaan (ayat 54-55).

Namun demikian Israel memberontak terhadap Allah, mengharapkan Tuhan melakukan keajaiban-keajaiban ketika mereka tidak menaati kehendak-Nya (ayat 17-20), meragukan kemampuan-Nya (ayat 22), dan mencobai Dia (ayat 41).

Sebagai respons atas keluhan Israel, Tuhan mengirimkan api yang menimpa mereka (ayat 21), menghujani mereka dengan manna (ayat 23- 25), mengirimkan burung puyuh melalui angin tenggara (ayat 26-29), dan membunuh mereka yang dengan kerakusannya memberontak kepada Tuhan (ayat 30-31).

Namun demikian mereka tetap berbuat dosa, tidak percaya, memperdaya Tuhan dengan mulut mereka, dan tidak setia kepada perjanjian Allah (ayat 32, 36, 37).

Namun Tuhan yang penyayang mengampuni kesalahan mereka, tidak memusnahkan mereka, menahan murka-Nya, dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya (ayat 38), karena Ia mengingat kesementaraan mereka (ayat 39).

Kesetiaan Tuhan tidaklah bergantung kepada kesetiaan umat-Nya. Ia tetap setia ketika umat-Nya mengingkari-Nya. Ia tetap mengingat umat-Nya, sekalipun umat-Nya tidak lagi mengingat-Nya.

Ia menghajar mereka sebagai tindakan pendisiplinan, namun tidak menarik kebaikan-Nya terhadap mereka. Yang memungkinkan Israel menjadi umat Allah bukanlah jasa, kebaikan, ataupun kelebihan mereka, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari kehidupan mereka.

Demikian juga dengan kita. Yang memungkinkan kita tetap setia kepada Tuhan bukanlah diri kita sendiri, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari hidup kita.

Karakteristik kesetiaan manusia sedemikian rapuh, tetapi kasih setia Tuhan tidak berubah dan tetap teguh selama-lamanya. Inilah yang menjadi jaminan bagi kita untuk tetap menjadi umat-Nya. Renungkan bagaimana keagungan kesetiaan Tuhan menopang dan menguatkan Anda!

Paulus dalam bacaan kedua, Hitam—putih; di luar—di dalam Kristus.

Hitam bukan putih, keduanya berbeda tajam. Ilustrasi warna ini tepat untuk menggambarkan kehidupan orang Kristen yang jelas, sebagai manusia baru yang hidup di dalam Kristus. Artinya, hidup kita kini jelas-jelas telah menanggalkan manusia lama yang hidup dalam dosa. Orang yang ada di dalam Kristus tidak mungkin serempak hidup di dalam dosa.

Dalam bagian ini Paulus memberikan perbandingan mencolok antara kehidupan orang di dalam Kristus dengan orang yang di luar Kristus. Orang yang berada di luar Kristus adalah orang yang tidak mengenal Tuhan.

Mereka hidup terpisah dari Sang Pencipta, dan menyerahkan diri kepada kecemaran hawa nafsu untuk memperoleh kenikmatan semu (ayat 17-19). Sedangkan orang yang berada di dalam Kristus adalah orang yang mengenal Kristus. Mereka adalah orang yang hidupnya telah ditebus dari dosa, dan menjadi anak-anak Allah (ayat 21-24).

Hidup mereka menuju kepada kehidupan kekal bersama Allah. Apa maksud Paulus membuat dan memaparkan perbandingan ini? Maksudnya adalah agar jemaat di Efesus melakukan tanggung jawabnya hidup sebagai orang kudus di dalam Kristus.

Diharapkan pula bahwa kita, orang-orang Kristen sebagai tubuh Kristus masa kini pun melakukan tanggung jawab hidup kudus di hadapan Tuhan Yesus Kristus.

Injil hari ini, Iman, sebab dan akibatnya.

Orang banyak mencari Yesus bukan karena mereka ingin mengenal-Nya lebih dalam lagi. Mereka mencari Yesus karena ingin mengenyangkan perut mereka (ayat 26). Makanan, sebagai berkat yang yang diberikan Yesus dianggapnya lebih penting daripada diri Yesus sendiri.

Tetapi, Tuhan Yesus membimbing mereka. Ia memberikan arah yang lebih jelas agar pengertian dan pengenalan mereka berjalan pada jalur yang benar. Tuhan Yesus mengarahkan perhatian mereka bukan ke berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (ayat 27,29,33,35).

Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia berasal dari surga (ayat 29,33,38). Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus mendorong mereka untuk percaya kepada-Nya (ayat 29,35,40). Percaya kepada Yesus adalah kehendak Allah (ayat 40).

Jika orang ingin melakukan kehendak Allah, maka ia harus percaya kepada Yesus. Orang-orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal (ayat 27,33,39-40). Orang-orang percaya juga akan dibangkitkan pada akhir zaman (ayat 39-40).

Dalam ayat-ayat ini, kata percaya muncul berulang kali (ayat 29,30,35-36,40). Ini mengindikasikan bahwa Yesus sangat menekankan hal ini dalam kesaksian-Nya.

Secara khusus kita melihat bahwa percaya kepada Yesus merupakan pekerjaan Allah dan juga pekerjaan manusia. Kedua hal ini bukanlah dua hal yang bertolak belakang atau bertentangan. Keduanya harus tetap dipegang secara seimbang.

 Tidak perlu menekankan salah satu dan mengabaikan yang lain. Percaya adalah pekerjaan Allah (ayat 29). Hidup kekal sebagai akibat percaya kepada Yesus adalah pemberian Anak Manusia (ayat 27).

Roti yang sejati yang turun dari surga adalah pemberian Allah (ayat 32-33). Semua yang percaya kepada Yesus adalah pemberian Allah (ayat 37,39). Di samping ini, percaya kepada Yesus juga merupakan tindakan manusia.

Orang harus datang kepada Yesus (ayat 35,37). Tanpa tindakan manusia yang bersangkutan datang kepada Yesus, maka tidak mungkin percaya kepada Yesus timbul.

Renungkan

Tidak perlu ragu untuk datang kepada Yesus betapa pun banyak dan besar dosa-dosa kita. Yesus tidak akan menolak bahkan membuang orang yang datang dan percaya kepada-Nya.

Tidak perlu menunggu agar kita lebih baik dan lebih saleh dahulu baru kemudian percaya kepada-Nya. Seperti apa adanya kita, Yesus akan menerima kita.

Doa Penutup 

Tuhan Yesus, aku percaya bahwa Engkau Roti Kehidupan yang turun dari surga.

Engkau datang untuk menyelamatkanku dari dosa dan maut. Walaupun imanku lemah, Engkau datang kepadaku dan memberi makan imanku yang kecil ini sampai menjadi sebuah dasar kepercayaan yang pasti akan segala janji-janji-Mu. Amin.

Demikianlah Renungan Hari Minggu 4 Agustus 2024, semoga bermanfaat.

Baca Juga Injil, Renungan dan Santo Santa THEKATOLIK.COM Lainnya di Google News

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url