Renungan Hari Minggu 8 September 2024

Renungan Hari Minggu 8 September 2024

Renungan Hari Minggu 8 September 2024

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 8 September 2024. Dalam Bacaan Injil Markus 7:31-37 hari ini mengisahkan tentang Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara.

Hukuman dan keselamatan.

Sulit memiliki konsep positif tentang hukuman dalam zaman ini. Menggandengkan Yesaya 34 dan 35 akan menolong kita memahami bahwa hukuman dan pembayaran terhadap hutang dosa, tidak dapat dipisahkan.

Demikian juga pembaruan dari pemulihan tidak dapat dipisahkan. Karena Allah dan hukum-hukum-Nya kudus dan kasih adanya, kedua hal tersebut pun berjalan seiring.

Hukuman atas dosa berakibat fatal. Gambaran-gambaran ngeri dalam pasal 35 disarikan dalam ayat 1: padang gurun dan padang tandus. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah.

Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Sukacita seperti apa akan terjadi?

Pertama, sukacita yang mencelikkan mata yang buta dan menguatkan lutut yang gemetar (ayat 5-6a). Artinya sukacita karena terbukanya “mata” kita untuk melihat Tuhan sebagai penolong.

Kedua, sukacita yang menyebabkan mata air di padang gurun memancarkan air segar dan tanah kersang (kering tidak subur) menjadi sumber-sumber air (ayat 6b-7). Kias ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat jauh melebihi kuasa pemerintahan ketika hukuman dijatuhkan.

Ketiga, sukacita yang menghantarkan orang-orang yang diselamatkan Allah memasuki “Jalan kudus” (tempat suci) (ayat 8-9).

Keempat, sukacita yang abadi (ayat 10). Sukacita dari Allah ini memberi kekuatan bagi kita untuk dapat berdoa di tengah kesulitan.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita, seperti: kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, dan lain lain.

Bagaimana cara mengatasi hal ini?

Pertama, memercayai janji pembelaan dari Tuhan sungguh nyata bagi kita. Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sebab dengan iman seseorang dibenarkan (Luk. 18:7-8).

Kedua, tetap setia melakukan firman Tuhan, meski sendiri saja sebab pada waktu-Nya pasti Tuhan akan membela kita.

Hidup baru dalam anugerah Tuhan berkualitas menaklukkan segala masalah hidup betapa pun sulitnya.

Mazmur, Pujian bagi Sang Raja

Lima mazmur yang menutup keseluruhan Mazmur memiliki ciri khas yang sama, diawali dan ditutup dengan kata “haleluya” yang berarti pujilah Tuhan! Orang yang mengenal dengan benar akan Tuhan dan jalan-jalan-Nya serta terlibat di dalam rencana akbar-Nya, pasti tidak putus-putusnya memuji-muji Tuhan.

Pemazmur mengajak kita memuji Tuhan karena Dialah satu-satunya yang dapat diandalkan dalam hidup ini. Manusia bahkan penguasa (=bangsawan) sekalipun, mengecewakan. Pertolongan manusia hanya sesaat dan tidak tuntas. Saat kefanaan menjemput manusia, segala daya akan sirna.

Sebaliknya, berharap pada Tuhan tidak mungkin sia-sia. Dia adalah Allah Yakub (5). Ini menegaskan ikatan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Dia adalah Pencipta alam semesta dan segala isinya, termasuk manusia (6). Ini menegaskan kepemilikan dan kedaulatan-Nya atas dunia ini.

Dia Allah yang penuh belas kasih dan adil (7-9). Keadilan-Nya nyata membela orang tertindas dari tangan orang fasik. Belas kasih-Nya terbukti oleh uluran tangan-Nya menjamah dan memulihkan keterpurukan manusia baik karena penyakit, dosa, maupun ketidakadilan sosial.

Dia adalah Raja. Sebagaimana tuntutan-Nya pada raja-raja Israel, dinasti Daud, untuk menjadi gembala bagi umat-Nya (lih. 2Sam. 7:14). Justru Raja seperti inilah yang menyejahterakan rakyat-Nya. Saat umat Tuhan merayakan Tuhan adalah Raja, segala pengharapan berubah menjadi jaminan dan kepastian.

Situasi sulit yang dihadapi oleh gereja masa kini boleh jadi disebabkan oleh ketidakadilan para penguasa, kekacauan yang memang melanda dunia secara umum, juga karena kebodohan dan ketidakpekaan gereja akan dosa. Berhentilah berharap pada manusia dan berbagai sistem yang dibangunnya sebab itu hanya membuat kita semakin frustasi.

Renungkan

Hanya satu saja yang sepatutnya kita andalkan. Dia adalah Tuhan, Raja diraja yang berdaulat atas semua ciptaan-Nya.

Yakobus dalam bacaan dua, Jangan pilih kasih

Warga gereja terdiri dari berbagai ras, tingkat ekonomi dan pendidikan. Dalam keragaman itu, adakah kesetaraan sebagai sesama milik Kristus terwujud dalam kehidupan bergereja kita?

Yakobus menegur kecenderungan “memandang muka” di dalam kehidupan bergereja (1). Saling menilai berdasarkan kekayaan, merupakan penyangkalan terhadap prinsip iman Kristen.

Tuhan Yesus yang mulia (1) telah rela menjadi hina dan mati dalam aib demi menyelamatkan manusia. Dalam hidup dan karya penyelamatan Yesus Kristus, nilai manusia diubah dari hal-hal yang kasat mata ke nilai baru yang menusia peroleh hanya di dalam kasih dan penyelamatan-Nya.

Kemuliaan manusia bukan terletak pada harta milik atau penampilan lahiriah (2-3), tetapi pada status barunya di dalam Kristus. Maka menerapkan standar lain dalam kehidupan bergereja adalah hal yang jahat di mata Allah (4).

Hal itu dianggap salah juga karena, pertama, Allah justru memilih yang miskin untuk Dia jadikan kaya dalam iman, bahkan sebagai pewaris kerajaan-Nya (5). Kedua, Yakobus merujuk pada fakta zaman itu (kemungkinan besar sampai zaman ini) bahwa orang kaya dan berkuasa sering melawan Allah dan menindas orang papa (7).

Bukan maksud Yakobus mengajar untuk menolak orang kaya. Ia hanya mengingatkan agar orang tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat.

Dengan alasan inilah maka orang Kristen harus bersikap adil dalam hidup dan pelayanan, termasuk juga dalam sikap terhadap orang lain. Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten menjadikan iman sebagai norma pergaulan di tengah kehidupan masyarakat yang beragam.

Tidak boleh pilih kasih atau \’hanya untuk kalangan sendiri.\’ Pengamalan iman harus berdampak luas hingga cita rasa Kristus dapat dicicipi semua kalangan. Kita, sebagai gereja, harus mampu menjadi inisiator dalam tindakan kebaikan sebelum didahului orang lain.

Injil hari ini, Jadi mendengar dan melihat

Alangkah tidak enaknya menjadi seorang yang tuli. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat kesulitan kita. Jika kita menderita buta atau lumpuh, orang lain bisa melihat kesulitan kita dan segera memberikan pertolongan. Namun jika tuli, bagaimana orang bisa tahu bahwa kita butuh pertolongan?

Biasanya orang tuli akan bisu juga karena ia tidak terlatih untuk mendengar kata-kata. Orang tuli yang dipertemukan dengan Yesus menderita gagap juga. Yesus menangani orang ini secara khusus, berbeda dari cara penyembuhan yang biasa Dia lakukan.

Orang itu dipisahkan dari orang banyak. Lalu Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, kemudian Ia meludah, dan meraba lidah orang itu. Selanjutnya Yesus menengadah ke langit dan berkata “Efata!” (ayat 33).

Ia menengadah ke langit agar orang itu mengerti bahwa kuasa untuk menyembuhkan datang dari Allah. Mukjizat pun terjadi: telinga orang itu bisa mendengar dan mulutnya bisa bicara. Tentu ia merasa senang. Namun Yesus melarang dia menceritakan hal itu. Akan tetapi, mana mungkin dia diam. Sudah sekian lama ia tidak lancar berbicara.

Yesus bukan hanya menyembuhkan cacat bisu dan tuli secara jasmani. Bukan hanya telinga dan lidahnya jadi terbuka, tetapi hatinya pun jadi terbuka pada Yesus. Ini terlihat dari kesaksiannya pada orang banyak.

Mulutnya tidak henti-hentinya membicarakan kuasa dan karya Yesus yang dia alami. Tak heran bila orang banyak pun menjadi takjub (ayat 37). Terjadilah apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya, “Pada waktu itu….. telinga orang-orang tuli akan dibuka….. dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” (Yes. 35:4-6).

Dengan menampilkan kisah penyembuhan ini, Markus ingin pembacanya tahu bahwa Mesias sudah hadir di dunia.

Semua itu dimulai karena ada orang yang bersedia membawa dia kepada Yesus. Bagaimana dengan kita? Terpikirkah oleh kita untuk membawa seseorang pada Yesus? Jangan merasa tak berpengharapan dulu. Percayalah pada Yesus.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, bukalah telingaku agar aku dapat mendengar panggilan-Mu dengan jelas.

Bukalah hatiku agar aku dapat menanggapi panggilan-Mu dalam iman, meletakkan hidupku demi mereka yang hilang-tersesat dan mereka yang dicampakkan oleh masyarakat.

Dalam pelayananku kepada orang-orang lain, tolonglah aku agar dapat memproklamasikan keselamatan yang Kauberikan kepada orang-orang di sekelilingku. Amin.

Demikianlah Renungan Hari Minggu 8 September 2024, semoga bermanfaat.

Baca Juga Injil, Renungan dan Santo Santa THEKATOLIK.COM Lainnya di Google News

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url