Renungan Hari Selasa 22 Oktober 2024

Renungan Hari Selasa 22 Oktober 2024

Renungan Hari Selasa 22 Oktober 2024

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Selasa 22 Oktober 2024. Dalam Bacaan Injil Lukas 12:35-38 hari ini mengisahkan tentang Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga.

Keajaiban Allah berlaku universal.

Dosa menyebabkan orang melupakan Allah. Akibatnya egoisme, curiga, sombong, dan perseteruan antaretnis menyambangi kehidupan manusia. Dalam keadaan demikian bagaimana mungkin kita dapat bersekutu dengan Allah di dalam hadirat-Nya?

Komunitas Allah di sini tidak lagi menunjuk pada etnis Yahudi saja, tetapi juga kepada etnis non Yahudi. Oleh sebab itu Paulus menempatkan etnis non Yahudi sebagai umat yang juga dapat menikmati karya Kristus (ayat 13).

Paulus menjelaskan hal ini karena kebanyakan petobat baru di jemaat Efesus berasal dari etnis non Yahudi, dan mereka sungguh mengetahui dan menyadari bahwa program Allah dalam Perjanjian Lama sebagian besar memang hanya melibatkan orang-orang etnis Yahudi. Kondisi ini menimbulkan kesombongan dalam diri orang-orang Yahudi yang selalu berusaha agar orang-orang non Yahudi tidak pernah melupakan hal itu.

Bangsa Israel salah besar jika menganggap Allah dan karya-Nya adalah mutlak hak mereka, sebab Allah juga berjanji bahwa Ia akan menciptakan “damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat” (bdk. Yes. 57:19); dan janji itu dipenuhi dalam Yesus Kristus.

Melalui peristiwa salib, Yesus Kristus tidak hanya memperdamaikan perseteruan etnis Yahudi dengan etnis non Yahudi, tetapi memperdamaikan keduanya dengan diri-Nya dalam satu tubuh yaitu jemaat (ayat 13-18).

Umat yang diperdamaikan itu dilihat sebagai Bait Allah Perjanjian Baru. Penggenap perjanjian Allah itu bukan pada bangunannya tetapi pada persekutuan yang hidup dari anggota keluarga Allah yang didasari oleh pewartaan janji Allah melalui para nabi Perjanjian Lama dan kesaksian para rasul tentang Kristus.

Injil hari ini, menjadi pelayan atau Hamba Tuhan

Orang lebih senang menjadi tuan daripada menjadi hamba. Yang dibayangkan adalah kedudukan dan kuasa atas para hambanya. Tetapi sikap setia dan siap sedia seorang hamba yang melayani tuannya bukan sesuatu hal yang dapat dibeli dengan uang gaji.

Tuan yang baik (37) bahkan kemudian melayani hambanya, karena ia mendapati mereka tetap berjaga dan sedia, sekalipun sudah di luar waktu kerja (ay. 38, pada tengah malam atau bahkan pada dini hari).

Selendang yang mengikat jubah di pinggang adalah tanda siap sedianya tuan dalam melayani. Sikap hati yang sedia melayani sudah diperlihatkan terlebih dahulu dengan nyata.

Banyak yang senang menyebut dirinya “hamba Tuhan”. Namun dengan posisi itu, ada juga yang tidak malu meminta fasilitas dan keistimewaan lebih dari para hamba yang lain. Fungsi utama hamba adalah melayani tuannya.

Sebagai “hamba Tuhan” kita perlu setiap kali memperbarui panggilan pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita, agar keberadaan sebagai hamba yang setia dan siap sedia dalam melayani sesama dapat terus kita lakukan.

Jangan sampai kita menyelewengkan karunia yang saat ini dipercayakan kepada kita untuk kepentingan sesaat, sebab kelak kita harus mempertanggungjawabkannya ke hadapan Tuhan. Biarlah Tuhan nanti akan menjamu dan melayani kita (37).

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau adalah segalanya yang kubutuhkan. Engkau adalah mutiaraku yang sangat berharga. Tolonglah aku agar mampu mengambil keputusan-keputusan hari ini yang akan menjaga harta kehidupan yang telah Engkau taruh dalam hatiku.

Aku akan menjaga agar pelitaku tetap bernyala selagi Engkau mengisi diriku dengan minyak Roh-Mu, karena bersama sang pemazmur aku percaya bahwa “Engkau, Tuhan, akan memberikan kebaikan” (Mzm 85:12) kepadaku . Amin

Demikianlah Renungan Hari Selasa 22 Oktober 2024, semoga bermanfaat.

Baca Juga Injil, Renungan dan Santo Santa THEKATOLIK.COM Lainnya di Google News

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url